Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Natuna Ungkap Penyebab Utama Kenakalan Remaja

Kabid dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Kabupaten Natuna, Yuli Ramadhanita, SIP..saat ditemui awak media diruang kerjanya, Jum'at (27/09/2024) pagi.
Natuna - Kepala Bidang Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Natuna, Yuli Rahmadhani, S.IP, mengungkapkan beberapa faktor dominan yang menyebabkan kenakalan remaja di Kabupaten Natuna.
Salah satu faktor utama adalah pola pengasuhan yang tidak efektif. Hal ini disampaikan Yuli saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk (P3AP2KB) Kabupaten Natuna, Jumat (27/09/2024) pagi.
Menurut Yuli, pengasuhan yang terlalu ketat atau longgar berkontribusi besar terhadap perilaku menyimpang pada remaja.
“Pengasuhan yang terlalu ketat sering kali tidak memberi ruang bagi remaja untuk mengembangkan kreativitas dan cenderung disertai kekerasan, baik fisik maupun ancaman,” jelas Yuli. Sebaliknya, pengasuhan yang terlalu longgar membuat remaja tidak mendapatkan batasan yang jelas, sehingga banyak aspek pengasuhan terabaikan oleh orang tua.
Yuli menambahkan bahwa ketidakmampuan orang tua untuk memberikan perhatian yang cukup atau terlibat dalam kehidupan anak dapat menyebabkan remaja merasa diabaikan. “Remaja yang melakukan tindakan destruktif biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola emosinya, yang seharusnya dikendalikan oleh orang tua sejak kecil,” lanjutnya.
Selain pola pengasuhan, Yuli juga menyoroti pentingnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
“Komunikasi yang buruk sering kali menjadi pemicu perilaku menyimpang. Remaja yang merasa tidak didengar atau dipahami akan mencari pengakuan dan dukungan di luar rumah, biasanya dari teman-teman yang juga terlibat dalam perilaku negatif,” ungkapnya.
Lingkungan sosial juga menjadi faktor penyebab kenakalan remaja. Menurut Yuli, remaja yang bergaul dengan teman sebaya yang memiliki perilaku negatif cenderung mengikuti jejak mereka.
"Jika remaja bergaul dengan kelompok yang terlibat dalam tindakan kriminal atau penyalahgunaan zat, risiko terjerumus ke perilaku menyimpang menjadi lebih tinggi," jelasnya.
Lebih lanjut, pengaruh media dan teknologi juga memainkan peran penting. Paparan terhadap konten kekerasan atau perilaku destruktif di media sosial dapat memberikan contoh buruk bagi remaja.
“Oleh sebab itu, perlu ada pengaturan penggunaan media sosial bagi anak-anak. Orang tua harus membuat aturan yang jelas di rumah dan menegakkan konsekuensi jika aturan dilanggar, tentunya tanpa menggunakan kekerasan,” tegas Yuli.
Faktor terakhir yang disoroti Yuli adalah keterbatasan pengembangan bakat dan minat remaja. Menurutnya, kurangnya akses ke kegiatan positif dan pengembangan potensi diri dapat membuat remaja kehilangan arah.
“Remaja membutuhkan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat mereka. Selain mengembangkan kompetensi diri, hal ini juga dapat meminimalisir kegiatan negatif yang disebabkan oleh waktu luang,” terangnya.
Yuli menutup pernyataannya dengan menekankan peran penting orang tua dalam mendukung pengembangan bakat dan minat anak. "Semua anak memiliki kehebatan dalam bidang yang berbeda. Tugas kita sebagai orang tua adalah menstimulus mereka agar potensi tersebut berkembang dengan baik," tutupnya.
Editor :Samsul Bahri